Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu partainya “wong NU” mungkin 99,9{7f186eb539c1b46f94c4c0c7d22966654a2194c4589b8ecd6826c28c626d7172} pemilih PKB adalah warga NU. Karena PKB lahir dari rahim NU. Gus Dur-lah pendiri PKB ketika cucu pendiri NU ini menjadi Ketua Umum PBNU. Diakui, bawa PKB-lah yang selama ini memperjuangkan kepentingan warga NU di parlemen. Tidak hanya berjuang, tapi PKB yang paling intens “ngopeni” pesantren dan ulama NU. Selain PBNU, tentu saja karena PKB punya akses kekuasaan dan logistik, maka kontribusi PKB ke ulama, santri dan pesantren menjadi kongkrit. Ini wajar dan normal, karena konstituen PKB adalah warga NU dan PKB tidak bisa dipisahkan dari warga NU.
Pada Pemilu 2024 nanti PKB memutuskan untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). PKB bersama Nasdem dan PKS mengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, maju sebagai capres-cawapres. Sesuai rekomendasi para ulama NU, Muhaimin harus jadi cawapres. Buat apa ikut mengusung kalau Cak Imin tidak dijadikan cawapres. Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dideklarasikan pada hari Sabtu, 02 September 2023 di Hotel Yamato Surabaya, Jawa Timur. Lokasi ini rupanya sengaja dipilih, karena dianggap sebagai tempat bersejarah.
Ada dua peristiwa besar di tempat ini. Pertama, peristiwa perobekan bendera Belanda di atasHhotel Yamato, pada tgl 19 September 1945 lalu. Kedua, resolusi Jihad tgl 22 Oktober 1945. Dua peristiwa ini barangkali yang menginspirasi Anies-Cak Imin memilih tempat ini untuk deklarasi. Dari sini, Anies-Cak Imin sepertinya ingin mengambil inisiasi perjuangan dan jihad untuk masa depan bangsa Indonesia. Tidak lama dari deklarasi Anies-Cak Imin di Hotel Yamato, muncul sejumlah narasi yang berpotensi menggembosi PKB. Info yang santer di publik, ada operasi penggembosan PKB yang sedang dijalankan. Oleh PKB, ini dianggap sebagai risiko sebuah perjuangan.
Sebagaimana diketahui publik, ada pihak yang terus berupaya jegal Anies agar tidak bisa nyapres, isu ini sudah berjalan lama. Dalam situasi penuh tantangan ini, datang Cak Imin. Cak Imin yang tidak diperhitungkan di koalisi Gerindra akhirnya bertemu dengan Anies. Keduanya memutuskan untuk berpasangan maju di Pilpres 2024. “Kalau jodoh memang tidak kemana”, kata pepatah lama. Apalagi, hasil ijtima’ para ulama di belakang PKB, yang kemudian menamakan diri sebagai “Ulama Nusantara” telah dengan tegas merekomendasikan Cak Imin untuk menjadi cawapres. Rekomendasi ini ditangkap oleh Anies dan disiapkan karpet merahnya.
Bergabungnya Cak Imin ke KPP, jika tidak ada hal yang menghalangi, akan memastikan Anies-Cak Imin maju sebagai pasangan Capres-cawapres di 2024. Mayoritas warga NU, khususnya para pemilih PKB, akhirnya merasa lega. Ada tokoh representasi warga NU yang ikut pilpres namanya Cak Imin. Mereka bersyukur, Anies memberi karpet merah kepada Cak Imin, setelah Cak Imin ditolak oleh koalisi lainnya. Ini “pasangan yang cocok dan serasi”, kata sejumlah pihak.
Dari beberapa wawancara televisi, sepertinya pasangan ini kompak. Mungkin karena secara personal, mereka sahabat dan punya histori sejak kuliah bersama di Jogjakarta. Bagi Anies, bergabungnya Cak Imin tidak saja melengkapi 20 persen syarat nyapres, tapi yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa masuknya Cak Imin dan PKB di Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) telah membuka pintu bagi Anies untuk bisa bersama-sama dengan warga Nahdhiyin menata kembali Indonesia di masa depan. Dalam sejarah, NU punya andil dan investasi cukup besar terhadap negeri ini. Tapi, NU belum mendapatkan peran secara proporsional untuk ikut mengurus negeri ini.
Setelah Gus Dur dan Kiai Ma’ruf Amin, Cak Imin bisa menjadi penerus. Kelebihannya, Cak Imin masih sangat muda dan energik. Potensi keterlibatanya kedepan untuk mengelola bangsa lebih bisa diharapkan. Tapi, tak ada perjuangan kecuali harus menempuh jalan terjal. Sejak deklarasi Anies-Cak Imin di Hotel Yamato Surabaya (02-02-023), jalan terjal mulai terlihat. Ada pihak yang mulai main kayu, kekerasan, maksudnya. Gebuk Cak Imin dan PKB, berbagai cara dilakukan agar Cak Imin dan PKB terpisah dari warga Nahdhiyin.
Semangat Yamato di dada Cak Imin dan PKB nampaknya tidak surut. Tempat ini sengaja dipilih sebagai lokasi deklarasi untuk menggelorakan spirit jihad para ulama Nahdhiyin. Ulama-ulama NU tidak pernah lupa sejarah itu, sejarah perobekan Bendera dan resolusi Jihad. Ini bagian dari spirit perjuangan untuk bangsa dan negara. Apakah dengan memori sejarah perjuangan ini, para ulama Nahdhiyin akan membiarkan Cak Imin dan PKB akan menghadapi sendiri pihak lawan? Apakah mereka ridho tokoh dan kader muda NU yang mengambil jalan terjal politik ini dibiarkan menghadapi sendirian terhadap mereka yang menggunakan segala cara untuk menghabisi Cak Imin dan PKB?
Cak Imin dan PKB saat ini dianggap oleh banyak pihak sebagai pilihan dan representasi yang paling otorotatif bagi warga Nahdhiyin. Para ulama Nahdhiyin pasti tidak akan membiarkan Cak Imin dan PKB sendirian dalam menjaga semangat resolusi jihad itu. Cak Imin dan PKB sepertinya tidak dibiarkan sendirian menjaga spirit perobekan bendera Belanda itu. Info yang terdengar, para ulama Nusantara sedang merapatkan dan merapikan barisan serta membentuk soliditas untuk menjaga dan memperjuangkan Cak Imin. Karena mereka yang merekomendasikan, maka mereka terpanggil untuk menjaga dan memperjuangkan agar Cak Imin menang.
Jakarta, 19 September 2023
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Riwayat Hidup Muhaimin Iskandar
Abdul Muhaimin Iskandar dilahirkan pada tanggal 24 September 1966 di Kota Jombang, Jawa Timur. Ayahnya Muhammad Iskandar adalah seorang guru di Pesantren Mamba’ul Ma’arif. Ibunya Muhasonah Iskandar kemudian menjadi pemimpin pesantren tersebut. Sejak kecil, ia dekat dengan presiden kelak Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur. Menurut Muhaimin, ia mengenal Gus Dur sebagai guru dan pedagang kacang, dan Gus Dur pernah mengajarinya bermain sepak bola
Saat memperingati wafatnya Gus Dur pada tahun 2016, Muhaimin dalam editorial Majalah Tempo bercerita tentang ayahnya yang menguburkan seorang Muslim abangan, menjadikannya sebagai contoh perilaku yang manusiawi. Muhaimin menambahkan, tulisan itu “membuat ayahnya terkenal”. Ia dan Gus Dur mempunyai hubungan kekerabatan jauh, Iskandar sering disebut sebagai keponakan Gus Dur
Pendidikan pria yang beristrikan Rustini Murtadho serta ayah 3 (tiga) anak tersebut dimulai di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jombang dan Madrasah Aliyah (MA) Negeri 1 Yogyakarta. Setelah lulus dari Aliyah tahun 1985, Muhaimin Iskandar melanjutkan pendidikan sarjananya di FISIP Universitas Gajah Mada (UGM) dan selesai pada 1992 dalam usia 26 tahun. Skripsinya berjudul Perilaku Kapitalis Masyarakat Santri: Telaah Sosiologi tentang Etos Kerja Masyarakat Desa di Jawa Timur.
Ia melanjutkan masternya 10 tahun kemudian di Universitas Indonesia (UI) Bidang Komunikasi dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2017, Muhaimin Iskandar memperoleh doctor honoris causa dari Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur dan saat ini Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menjabat sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). (Sumber : Wikipedia.Org)